Awas Tiruan !!! MIKROBA GOOGLE ( BIOP2000Z )

Awas Tiruan Dengan Harga Murah yang dijual oleh Distributor dan Agen Resmi !!!
Distributor dan Agen Resmi adalah Petani binaan yang memakai BIOP2000Z dan tinggal di satu wilayah / alamat yang jelas. Untuk menghindari Pemalsuan yang pernah kami alami oleh Distributor dan Agen Resmi kepada mitra BIO P2000Z, kami melakukan penjualan langsung kepada Mitra binaan yang terus kami monitoring perkembangan dalam pertanian, perkebunan, Peternakan dan Perikanan di seluruh Indonesia.
Dengan tegas bahwa nama Ultragen, maupun mikroba bhineka tunggal ikka itu Bahasa iklan dan produk yang menyesatkan dan karena pastilah itu bukan BIOP2000Z ataupun produk Turunan Mikroba Google dengan Hak Paten BIOP2000Z. Brosur dan Label produk BIOP2000Z asli "Tidak ada kata Ultra hayati". Tulisan BIOP2000Z ketebalan lebih kecil dan gambar tanaman lebih jelas, angka 5 dan 6 warna lebih cerah, dari stiker lama yang pernah dipalsukan oleh Distributor / Agen Resmi . Jangan tertipu dengan produk BIOP2000Z PALSU !!! !!! selain foto dan website dibawah ini :
Stok Terbatas!!! konsultasi dan order pabrik langsung.
Hub. Mas Nuar
email : mikroba.biop2000z@gmail.com
( Sms /WA only ) 085378877277 / 085891939377 / 08999396920
Artikel biop2000z ;
http://www.facebook.com/biop2000z
http://www.facebook.com/Biop2000zMikrobaGoogle
https://twitter.com/bio_p2000z
http://biop2000z-mikrobagoogle-pabrik.blogspot.com/
http://biop2000z-pabrik.blogspot.com/
http://biop2000z-mikrobagoogle.blogspot.com/
http://mikrobagoogle-biop2000z.blogspot.com/
http://www.tokopedia.com/biop2000z

Untuk Hasil inovasi dan Terobosan Teknologi Pertanian :
https://web.facebook.com/mikrobahormonextra/
https://web.facebook.com/groups/mikrobahormon/

Sabtu, 25 Oktober 2014

SENTRA KEDELAI DI LUAR JAWA DAN DAERAH TRANSMIGRASI SEBAGAI PENYEDIA BENIH KEDELAI JABALSIM Oleh: Ali Zum Mashar

SENTRA KEDELAI DI LUAR JAWA DAN DAERAH TRANSMIGRASI SEBAGAI PENYEDIA BENIH KEDELAI  JABALSIM  Oleh:  Ali Zum Mashar   

 A.     PENDAHULUAN
 Kebutuhan kedelai nasional dari tahun ke tahun terus meningkat, tetapi peningkatan kebutuhannya tidak diikuti dengan peningkatan produksi di dalam negeri secara significant. Pada jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 120 juta jiwa pada tahun 2005 kebutuhan konsumsi kedelai  mencapai 3 juta ton. Saat ini kebutuhan total kedelai di Indonesia mencapai  2.765.149 ton  yang terdiri produksi dalam negeri 748.272 ton dan impor 2.021.877 ton (BPS, 2002).  Impor kedelai sebagian besar  dalam bentuk kedelai biji ose 1.1362419 ton dan bungkil kedelai 1,082.949 ton (BPS, 2001).  Untuk mengimpor kedelai tersebut  negara harus mengeluarkan devisa sekitar 4,6 triliun rupiah setiap tahunnya.
Kebutuhan kedelai di Indonesia sebagian besar adalah untuk bahan baku konsumsi langsung masyarakat seperti untuk tahu, tempe, susu kedelai, kecap dan lainnya.  Kedelai memang dipandang sebagai komoditas strategis mengingat manfaat dan nilai gunanya yang tinggi.  Keragaman produk olahan dari komoditas kedelai ini memiliki nilai tinggi untuk digunakan sebagai bahan pangan langsung sampai produk olahan industri tinggi seperti produk-produk pangan berprotein tinggi, tinta, bahan pakaian, dan bahan baku industri lainnya.

Melihat nilai strategis pangan kedelai di Indonesia tersebut  pengembangan komoditas ini di Indonesia justru  terus mengalami kemunduran.  Salah satu penyebab adalah semakin berkurangnya lahan pertanian kedelai di pulau Jawa karena bergeser ke pemukiman dan industri, dan petani beralih bertanam hortikultura yang padat modal dan bernilai tinggi. Disamping itu, ketidak stabilan harga  kedelai saat panen raya dimana petani sering mendapatkan harga yang  rendah saat panen karena masih buruknya tata niaga kedelai. 
Pada saat ini harga kedelai di dalam negeri membaik yaitu Rp.4000/kg dari harga sebelumnya Rp.2400/kg. Hal ini karena berkurangnya suplai kedelai dunia akibat berkurangnya produksi kedelai Negara produsen dan meningkatnya permintaan dunia akan kedelai.  Kondisi ini diharapkan  sebagai peluang untuk  mendongkrak produksi kedelai dalam negeri, petani  kembali tertarik untuk mengembangkan kedelai sebagai bagian usaha  taninya. 
Tulisan ini  bertujuan untuk memberikan alternative untuk peningkatan produksi kedelai melalui optimalisasi pemanfaatan  teknologi dan pengembangan lahan pertanian kedelai di luar jawa.  Memberikan alternatif  pengembangan sentra kedelai diluar jawa melalui pemanfaatan dan pemberdayaan daerah transmigrasi.

B. INDUSTRI BENIH DAN PRODUKSI  KEDELAI DI LUAR JAWA

Industri benih penting untuk memacu peningkatan produksi kedelai. Benih yang bermmutu baik akan menjamin kepastian tumbuh dan mampu berproduksi sesuai deskripsinya. Industri benih tidak dapat berkembang jika hanya mengandalkan pengemabangan lahan kedelai di pulau Jawa yang semakin menurun luasan tanamnya. Pengembangan kedelai di luar Jawa memiliki peluang yang besar untuk bangkitnya industri benih kedelai dan lahan pertanian di luar jawa yang lebih maju cara budidayanya adalah daerah yang memiliki transmigran.
Seiring padatnya penduduk di pulau Jawa keberadaan lahan tanaman pangan khususnya kedelai terus mengalami alih fungsi untuk kebutuhan pemukiman dan komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Upaya ekstensifikasi melalui pengemabngan kedelai di luar pulau Jawa seperti daerah transmigrasi dipandang sebagai solusi peningkatan produksi untuk mengimbangi tingginya permintaan konsumsi yang terus membengkak. Upaya ekstensifikasi melalui pembukaan lahan pertanian baru  tidak memberikan dampak terhadap peningkatan produksi jika tidak diikuti penerapan teknologi, pola bertani yang benar dan kebiasaan bertani tanaman pangan seperti kedelai karena cara bertani mereka yang masih alakadarnya dan subsisten. 
Daerah baru transmigrasi memiliki  peluang sebagai daerah sentra produksi karena petani transmigrannya sebagai perintis yang membuka wacana baru dan memperkenalkan cara-cara bertani intensif budidaya tanamanan pangan bagi  petani daerah setempat.
Sesuai dengan tujuan transmigrasi dalam paradigma barunya bahwa dalam rangka pembangunan daerah untuk mandiri maka kederadaan kawasan transmigrasi didorong untuk dapat bersama berpartisipasi aktif memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah diantaranya bagi penyediaan pangan daerah,  dan secara nasional dapat memacu pertumbuhan pembangunan pertanian di daerah tujuan.  Bersama dengan program pemerintah khususnya upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas secara  nyata, membuka areal baru pertanian yang dapat digunakan untuk komoditas  pangan seperti kedelai dipandang penting.

1)     Disampaikan pada Seminar/Stadium General Kuliah umum dalam rangka jaringan kerjasama antara peneliti,  mahasiswa, Kelompok Tani Se Bogor, Industri Benih, dan PS teknologi Benih IPB, 24 Mei 2004 di Bogor.
2)    Peneliti Puslibang Trans. Badan Litbang Nakertrans-Jakarta

Keberhasilan Negara berkembang  menjadi Negara produsen kedelai dunia seperti Brasil dan India adalah karena 60 % luas areal kedelainya adalah dari ekstensifikasi dengan membuka lahan barunya.  Jika hal ini tidak dapat dilakukan di Indonesia mustahil kebutuhan kedelaai dapat dipenuhi dari produksi di dalam negeri.
Perluasan areal lahan petanian baru untuk tanaman pangan seperti kedelai dapat ditempuh melalui upaya-upaya  antara lain:
(1) Memanfaatkan lahan lebak dan pasang surut, dan lahan kering di luar Jawa
(2)  Mengoptimalkan lahan tidur dan lahan  tidak produktif di pulau Jawa.   Kedua pilihan di atas mutlak harus di barengi  dengan  menerapkan teknologi produktivitas mengingat sebagian besar lahan baru untuk kedelai tersebut tidak subur dan memiliki hambatan-hambatan fisik, kimia dan Biologi.

Potensi Luas lahan pasang surut dan Lebak di Indonesia  diperkirakan  mencapai  20,19 juta hektar dan sekitar  9,5 juta hektar berpotensi untuk pertanian serta 4,2 juta hektar telah di reklamasi  untuk pertanian (Ananto, E.,2002).   Memanfaatkan lahan lebak dan Pasang Surut dipandang sebagai peluang terobosan untuk memacu produksi meskipun disadari bahwa produktivitas di lahan tersebut masih rendah.  Disamping untuk tanaman padi sebagai prioritas,  lahan ini dapat digunakan untuk tanaman Jagung dan Kedelai.  Dilahan lebak/pasang surut dengan penerapan teknologi konvensional hasil kedelai masih rendah yaitu antara  0,8 ton/ha sampai 1,5 ton/ha.  Kendala utama pengembang di lahan ini adalah  keragaman sifat fisiko-kimia  seperti pH yang rendah, kesuburan rendah dan keracunan tanah dan  kendala Bio fisik seperti pertumbuhan gulma yang pesat, OPT dan cekaman Air.

Sedangkan lahan kering di Indonesia ada sebesar 11 juta hektar yang sebagian besar berupa lahan tidur dan lahan marginal sehingga tidak produktif untuk tanaman pangan.  Di Pulau Jawa yang padat penduduk,  rata-rata pemilikan lahan usaha tani berkisar hanya 0,2 ha/KK sehingga seiring berjalannya reformasi banyak lahan kering areal hutan yang kayunya telah habis dijarah dan tinggal lahan tidur yang terlantar, kembali ditanami petani dengan tanaman jagung dan kedelai bahkan padi gogo dan singkong.  Ada 300.000 ha lahan kering terbengkelai di Pulau Jawa dari kawasan hutan yang menjadi tanah kosong terlantar.  Masyarakat sekitar hutan dengan desakan ekonomi dan tuntutan lapangan kerja tidak ada pilihan lain untuk memanfaatkan lahan-lahan kritis dan lahan kering tersebut untuk usaha tani pangan.  Sedangkan lahan kering di luar pulau jawa masih sangat luas dan belum di kelola secara optimal untuk mendukung pertanian tanaman pangan khususnya kedelai.   Budidaya konvensional di lahan tersebut pada umumnya memiliki produktivitas rendah yaitu 0,6 – 1,1 ton/ha kedelai ose, tetapi pemanfaatannya  berdampak positif bagi peningkatan produksi secara kuantitatif. 

Daerah bukaan baru transmigrasi pada umumnya memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tersebut.  Namun seiring dengan waktu intensifikasi dan teknik budidaya  menjadi semakin maju, apalagi pada masa keterbukaan informasi dan teknologi saat ini.  Seperti ditemukannya teknologi baru misalnya Bio P 2000 Z dengan memanfaatkan mikroba penyubur dan pengendali kesuburan tanah di lahan  maeginal dan lahan baru tersebut  produktivitas tanaman pangan seperti kedelai mampu ditingkatkan lebih tinggi dibanding produktivitas di lahan subur yang dibudidayakan secara konvensional. Ternyata dengan sistem demikian  masalah  tersumbatnya  produksi komoditi pertanian dapat dipecahkan.
Efek mikroba memiliki manfaat yang besar dalam mengendalikan lingkungan mikro tumbuh kembang tanaman yang secara sinergi memberikan manfaat: 
(1) diredamnya faktor penghambat tumbuh kembang tanaman yang dijumpai dalam tanah termasuk menetralkan kemasaman lahan, 
(2) adanya produksi senyawa bio-aktif seperti enzim, hormon, senyawa organik, dan energi kinetik yang memacu metabolisme tumbuh kembang akar dan bagian atas tanaman 
(3) pasok dan penyerapan hara oleh akar makin efesien, lancar, dan berimbang, 
(4) ketahanan internal terhadap hama dan penyakit meningkat.  Budidaya  dengan menerapkan teknologi ini secara baik  di lahan jenis tersebut  mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sehingga  usaha tani pangan  di lahan tersebut akan  dapat bersaing.  Menjadikan bukaan baru seperti lahan lebak dan pasang surut untuk usaha pertanian harus didukung dengan teknologi dan infrastruktur yang memadai sehingga luasan lahan ini memiliki prospek  ekonomis dan menjadi pendukung untuk peningkatan produksi kedelai dalam mencapai kemandirian pangan Indonesia.

Prospek pengembangan kedelai di luar Jawa khususnya di lahan transmigrasi diinformasikan bahwa Kedelai  Teknologi Bio P 2000 Z yang diuji cobakan  di daerah transmigrasi seperti   di Balai pelatihan transmigrasi di Palangkaraya Kalimantan Tengah  dapat memiliki produktivitas rata-rata 3,4 ton/ha, hal yang dianggap mustahil  sebelumnya pada tanah yang didominasi pasir kuarsa.  Uji coba  lanjut yang dilakukan bersama petani di kebun percobaan dihasilhkan rata-rata  dari petak perlakuan sebesar  2,5 - 6,5 ton/ha (telah di ekspose Sinar Tani edisi 17 Maret 1999).  Pembuktian  teknis oleh penemunya dlahan masam gambut, sulfat masam dan berpirit di PLG Kapuas telah teruji sejak tahun 1998-2000, mampu melipatgandakan produksi lebih dari 250% dari rata-rata setempat.  Bahkan di  lahan  kritis yang memiliki tipe tanah marginal pasir  kuarsa (di Palangka Raya  dan UPT Sei Gohong),  teknologi ini mampu memberikan hasil produksi  dengan kisaran hasil  mencapai  3,8  ton/ha  jauh lebih tinggi dari hasil cara konvensional (umum petani) hanya mampu 0,4 - 0,6  ton/ha.  Pada tipe lahan sejenis, peningkatan produksi juga tercapai oleh petani di Gagutur, Barito Selatan (Kalteng). 

Hasil produksi Riil dari penanaman bulan Juni 2000 di lahan Gambut PLG Kapuas Kalteng dan lahan pasang surut bergambut Masuji-Lampung  telah dipanen oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan produksi rata-rata 2,5 ton/ha hingga mencapai 5,1 ton/ha dari penanaman 300 ha yang tersebar di dua kawasan transmigrasi di atas; dan di Air Kubang Padang, Musi Banyuasin – Palembang pada lahan pasang-surut mampu menghasilkan 4,2 ton/ha sementara bila dibandingkan rata-rata umum produksi konvensional di PLG  hanya 0,6 - 0,8 ton/ha. Di Majalengka (2001) 3,2 – 3,8 ton/ha; potensi di hamparan perak Sumut 3,5 – 5 ton/ha dari rata-rata umum setempat 0,8 – 1 ton/ha serta panen di Tanjung Morawa-Deli Serdang (Sumut, 21 juni 2001) berhasil di ubin oleh wakil gubernur  mencapai panen dengan hasil 2,58 – 4,16 ton/ha pada varietas kedelai lokal kipas putih.   Untuk kedelai edamame basah,  potensi  yang dihasilkan 8 -11 ton/ha dibanding  rata-rata umum petani 4 - 5 ton/ha basah  (hasil penerapan di parung-bogor).
Di Jambi (Agustus 2002) di Tanjung Jabung Timur, telah di Panen Gubernur Jambi hasil rata-rata mencapai 3,5 ton/ha  (2,6 ton/ha – 4,6 ton/ha) dari kedelai uji coba 100 Ha bahkan teknologi ini telah diterapkan oleh petani diuntuk ternak, ikan dan tanaman lainnya. Ujicoba maupun uji komersial lain juga telah dilakukan di daerah-daerah  sentra kedelai eks. Transmigrasi seperti di Lombok NTB, Andonara NTT, Gorontalo, Makassar (Sulsel), Maluku Tengah, Nabire dan Merauke (Papua) yang semuanya menunjukkan pelipat gandaan hasil yang significan.

Melihat kenyataan di atas maka solusi terbaik adalah:
(1) pemerintah memberikan dorongan pengembangan kedelai di luar Jawa dan melakukan ekstensifikasi secara serius yang dibarengi dengan penerapan teknologinya
(2) memberikan bimbingan teknologi budidaya khususnya untuk menerapkan teknologi secara tepat guna dengan menyertakan teknologi Bio/hayati guna meningkatkan kesuburan lahan dan menjamin usaha tani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dan
(3) Melibatkan steak holder dan swasta yang memiliki komitmen menunjang dalam sistem Agribisnis tanaman pangan sehingga akan menjamin kepastian pasar, Sarana Input teknologi produktivitas dan nilai tambah dari usaha tani terpadunya. 

Kontribusi daerah transmigrasi dapat diharapkan sebagai salah satu faktor pemacu pembangunan pertanian pangan daerah untuk menuju kemandirian pangan. Sebagai contoh:  jika 150.000 ha dari lahan transmigran digunakan untuk budidaya kedelai dan  jika dengan tambahan teknologi produktivitas bio/organik dapat menghasilkan rata-rata 2,2 ton/ha yang dilakukan dengan 2 kali MT., maka akan terjadi penambahan produksi sebesar: 660.000 ton kedelai, berarti akan mensubstitusi lebih dari 40% impor kedelai.  Multiple effek dari usaha tani komoditas tanaman ini sangat berarti dalam upaya penyediaan benih yang disediakan oleh industri benih sebesar 6.000 ton setiap kali tanam. Produksi benih kedelai di daerah transmigrasi akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar, sedangkan peningkatan produksi yang dicapai berarti bagi kepentingan nasional yang sangat relevan dengan upaya ketahanan pangan dan penghematan devisa.

  1. BUDIDAYA  KEDELAI  DENGAN  OPTIMALISASI TEKNOLOGI  HAYATI/ORGANIK
  Meningkatkan produksi kedelai seperti melalui intensifikasi  dengan  penerapan teknologi hayati tepat
guna yang mampu meningkatkan produktivitas bertujuan untuk menjamin efisiensi dan kesinambungan usaha tani kedelai sehingga mampu terjamin  keuntungannya dengan harga jual yang bersaing di pasaran bebas. Kunci keberhasilan usaha  diatas adalah harus ada kekuatan teknologi tepat daya yaitu yang tepat, teruji dan adaptif berikut SDM penyertanya (ada pendamping dan transformator) yang mampu memberdayakan sumber daya tanaman dan lingkungan, petani dan prilaku budaya serta kelembagaannya; Jenis/komoditas pilihan yang cocok adaptif dan marketable/diterima, jumlah bibit/benih yang mencukupi untuk pengembangannya sekala luas; ada lahan yang tersedia memadai dan  tenaga trampil dalam jumlah cukup, familier dengan teknologi maju berikut   peralatan  mekanisasi  yang mempercepat kinerja;  dan pasar yang menjamin.  Empat  faktor diatas akan berjalan dengan baik jika di dukung adanya sumber pembiayaan (dana) yang memadai dan keseriusan pemerintah untuk mandiri pangan.

Sebagai gambaran  umum penerapan intensifikasi teknologi budidaya  kedelai harus dapat dipastikan tujuh tepat yang utama. 
Tujuh tepat yang harus dipenuhi tersebut untuk mencapai keberhasilan adalah:  
1.      Penyiapan lahan yang tepat, sesuai dengan jenis  tanah dan musim tanam yang tepat.
2.      Penentuan dan penggunaan bibit unggul yang sehat dengan kemurnian tinggi dengan daya tumbuh
lebih dari 80 %, pola tanam yang tepat (Monokultur).
3.      Waktu tanam yang tepat dan serempak dengan rencana penjadwalan kegiatan yang mendasarkan kepastian waktu/musim, ketersediaan air dan tenaga kerja/mekanisasi.
4.      Aplikasi Bio P 2000 Z  dengan paket penuh termasuk rhizobium yang dilakukan secara tepat dan disiplin serta inovatif.
5.      Kontrol pengamatan tumbuh-kembang standar tanaman, laporan kemajuan (progress) sebagai indikator keberhasilan tanam-tumbuh untuk memastikan panen dan luasan intensif; serta menentukan pendekatan kebutuhan unsur hara (pemupukan).
6.      Drainase yang tegas pada musin penghujan dan pengairan pada musim kering melalui pengaturan ukuran bedengan dan saluran irigasinya untuk memastikan kondisi tanah tidak kebanjiran/becek dan lembab, kadar air  sekitar 50% - 75 %  (kapasitas lapang).
7.      Pengendalian hama secara preventif dengan tetap mewaspadai adanya serangan hama dan penyakit dengan  prinsip dan penerapan Pest Integrated Management.

Tujuh  tepat tersebut dapat di penuhi melalui langkah-langkah teknis yang mendukung  dan sebagai standar budidaya,  yaitu:
1.  Pemilihan Lokasi
Lokasi  budidaya yang dipilih  harus memperhatikan  yang sesuai dengan syarat  ekologis hidup tanaman (terutama syarat agronomis), ketersediaan air, dapat dijangkau untuk masuknya saprotan dan pengangkutan hasil panen, mudah  diawasi dan  tidak bermasalah.  Sebelum menetapkan lokasi perkebunan kedelai maka perlu dikaji lebih mendalam karakter sosio-cultural masyarakat, ketepatan musim dan kelayakan lokasi dengan melalui survey agar budidaya tepat teknologi dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan

      Syarat agro-ekologis  untuk budidaya kedelai:

Ketinggian tempat  yang sesuai untuk kedelai adalah: 0 meter – 800 meter dpl.  Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, fisiologis dan umur tanaman, korelasinya dominan  akibat: suhu udara/lingkungan, lama penyinaran intensif, kelembaban udara, ketersediaan air tanah (lembab nisbi dan untuk aplikasi teknologi), porositas tanah, kecepatan angin, populasi hama yang menghambat kecepatan pertumbuhan tanaman dan umur/masa panen.  Kondisi ideal untuk kedelai tumbuh normal di daerah tropis dengan teknologi ini  adalah suhu: 26 – 34 oC (optimal 28-32 oC), lama penyinaran 8 - 12 jam, kelembaban nisbi 80% - 95%, kadar air tanah 75% (diatur dengan drainase dan irigasi), angin bertiup sepoi-poi/tidak kencang, tanah cukup bahan organik.  Pada agroklimat dan kondisi yang menyimpang seperti penanaman kedelai di luar ketinggian tersebut maka perlu  pemilihan varietas yang cocok dan perlu perlakuan spesifik teknologi

2.   Penggunaan Benih dan Pemilihan Benih Bermutu
Pemilihan benih merupakan faktor penting  dalam mencapai keberhasilan budidaya.  Benih yang bermutu tinggi/baik: adalah dari varietas unggul, adaptif/sesuai dengan lingkungan setempat, berdaya tumbuh lebih dari 80 % dan seragam, asal-usul  benih jelas (bersertifikat/jelas kualitas dan kemurnian). Benih ini berasal dari proses produksi yang memenuhi kriteria 6 (enam) tepat yaitu: (tepat varietas, mutu, waktu, lokasi jumlah dan harga).  Pemilihan benih yang baik secara fisis dapat diketahui melalui ciri-ciri sebagai berikut: bentuk dan fisik normal (tidak luka/terserang pengisap polong dan tidak hijau serta ukuran relatif seragam); benih berwarna cerah (bening) mengkilap, calon radix (akar) tampak menonjol bening dan tidak luka, hillum tampak tajam kuat dan bersih (tidak terinfeksi jamur bila dilihat dg kaca pembesar), aroma benih tidak berbau tengik atau apeg (jawa), tidak berdebu bila dituang dari kantong, bila di gigit langsung pecah (Kadar air = 9,5 – 11 %) dan bila diberi air dingin kulit cepat mengembang diikuti dagingnya.  Benih yang baik akan tumbuh 4 – 6 hari setelah ditanam.  Benih yang unggul berasal dari lokal setempat  akan memudahkan adaptasi pemanfaatan teknologi Bio P 2000 Z. 

Kebutuhan benih tiap satu hektar dapat dihitung sesuai dengan jarak tanam/populasi, berat biji, dan jumlah tanaman per lubang.  Sebagai contoh Benih kedelai varietas Slamet berat biji per 100 biji adalah 12,5 gr, dengan 2 sampai 3 biji (rata-rata 2 biji) per lubang dan jarak tanam 30 x 40 cm maka ada 83.333 populasi/ha. 
Perhitungannya adalah:
  • 1 Kg =  1000 gr./0,125 gr. = 8.000 biji  ~  (1biji = 0,125 gr)
  • JT  (30 x 40 cm) =  0,12 meter persegi;  Rata2 per lobang = 2 - 2,3 biji; DT= 80%
  • 1 Ha = 10.000 meter persegi; maka
  • Populasi tan./Ha    =  (Luas lhn /JT) = (10.000/0,12) = 83.333 populasi per-hektar.
Kebutuhan Benih/Ha        = 83.333 Pop x2 biji x 0,125 gr= 20.833 gr ~ 21 Kg benih (mutlak)
(Jika  DT = 80%)         = 21 x 80% = 16,6 Kg  (benih yang hidup)
Kekurangan benih       = 20,8– 16,6 = 4,23 ~ 4,4 Kg (hrs hidup);
dan jika DT benih = 80%   =  4,4 kg./0,8  = 5,5 kg. (untuk penyulaman)
Jadi kbth benih riil/Ha      =  21 kg + 5,5 kg = 26,5 Kg benih/Ha.
Dengan menerapkan teknologi budidaya  kaidah Bio P 2000 Z maka pemakaian benih dapat  dihemat 30%  sampai 50%.  Standar penghitungan benih ini bisa digunakan untuk memprediksi luas tanam intensif petani dengan cara berapa jumlah benih yang ditanam (sebelum sulam) dan berapa benih yang diisikan per lubang tanam.

Benih yang berkualitas diperoleh dari sumber benih induk, pusat-pusat pembenihan (seed Centre)  dan perusahaan benih yang memiliki lahan dan budidaya yang jelas.  Penyediaan benih unggul bermutu Nasional baru dapat disediakan sekitar 10 % dari 50.000 ton kebutuhan benih kedelai per tahunnya. Untuk itu  Seed Centre sebaiknya disiapkan dari dalam lokasi pertanaman kedelai dan di daerah pengembangan  seluas  2 - 3 persen dari luas pertanaman sasaran. PT. Alam Lestari maju Indonesia telah melakukan riset menciptakan dan pengujian  ragam  jenis benih yang familier/cocok dikembangkan dengan teknologi dalam mendukung penyediaan benih unggul bermutu. Beberapa sumber benih unggul lokal dan tipe simpang diperbaiki yang  memiliki keunggulan produksi lebih dari 3 ton/ha dan berukuran besar lebih dari 18 gram per 100 biji kedelai telah dan terus dikembangkan untuk mendukung program kedelai Nasional seperti kedelai Baru Genjah jumbo Emas; kedelai Super Jumbo R-3, dll.

3.    Pengolahan Tanah
Pengolahan  tanah untuk  membuat  tanah  menjadi gembur, bersih dari gulma dan menciptakan kesuburan fisik tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan  tanaman dan penyebaran akar tanaman yang lebih dalam. Pengolahan tanah perlu memperhatikan prinsip  konservasi lahan, agar kesuburan tanah dapat terjaga dan berkesinambungan dalam menunjang usahatani. Penggunaan peralatan mekanisasi  untuk pengolahan lahan  dapat difungsikan sekaligus dengan pencetakan  bedengan pada lahan berbentuk hamparan homogen akan sangat efisien dan memudahkan tahap pekerjaan lanjut.  
Parit cacing atau sistim guludan atau sistem surjan diperlukan pada tanah dan lahan yang bermasalah dalam pengaturan tata air tanahnya seperti tanah pasir dan rawa/lahan basah dan sawah untuk drainase. Pada penanaman di musim penghujan saluran drainase mutlak ada dan sempurna untuk pengeringan bedengan, sedangkan parit cacing/drainase pada musim kering cukup bentuk cekungan  jalan air sedalam 7 cm - 15 cm Pada tanah pasir/gambut yang sering bermasalah dengan air tergenang dan pemadatan, maka perlu dibuat bedengan-bedengan dengan lebar  1,5 – 3 meter (5 – 8 baris tanaman). 
Pada dasarnya cara dan teknis pengolahan tanah  disesuaikan dengan  jenis dan sifat tanah serta  komoditas tanaman pangan  yang akan  diusahakan.   Pemberian pupuk dasar, kompos dan pupuk kandang pada tanah pasir dapat dilakukan bersama dengan pengolahan tanah akan menghemat penggunaan tenaga kerja.  Pemberian kompos dengan dosis 3 – 6 ton per hektar dapat meningkatkan hasil secara nyata namun pada teknik Bio-perforasi disederhanakan melalui teknologi Kompos Hamparan yang lebih efisien. Selain pengolahan tanah yang sempurna, teknik penyiapan lahan minimum tillage  menjadi salah satu  alternatif  yang dapat ditunjang pemanfaatan teknologi Bio-Porasi yang berasaskan  pertanian yang berwawasan lingkungan

4.  Penanaman
Waktu tanam dipilih  pagi hari (dan sebaiknya sore hari) pada kondisi tanah lembab (basah) dan dilakukan secara serentak.  Sebelum benih ditanam wajib diuji kembali daya tumbuhnya sebagai kepastian pertumbuhan.  Penggunaan mesin tanam modern sangat berguna sebagai upaya tanam serentak, namun perlu diperhatikan efisiensinya dengan menyesuaikan kontur lahan. Pada penanaman dengan menggunakan mesin tanam dapat sekaligus dilakukan aplikasi pupuk dasar. Penanaman dengan menggunakan mesin agar memperhatikan kondisi tanah. Pada saat penanaman harus dipastikan betul kelem-baban tanah  50%-75%, jika penanaman dilakukan pada musim kering maka penanaman dilakukan sehari setelah lahan di leb/dibasahi secara merata supaya tanah lembab.
Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan umur tanaman dan memperhatikan sifat ketinggian dan percabangan tanaman dan penggunaan mekanisasi budidaya. Varietas yang berumur 85 – 100 hari jarak tanamnya 40 x 20 (kurang cabang) dan 40 x 30 (banyak cabang), sedangkan  kedelai var. genjah (umur 65 – 75 hari) jarak tanam 30 x 25 (tan. pendek ± 40 cm) dan 30 x 30 (tan. agak tinggi 60 - 85 cm) dan kedalaman lubang tanam  disesuaikan dengan kesuburan dan jenis tanah serta jenis tanaman yang diusahakan.  Pada penanaman musim kering jarak tanam dapat diperapat menjadi 75% -85% dari jarak normalnya.
Kedalaman lobang tanam yang ideal adalah 3 cm dan tiap lubang 2 - 3 biji (rata-rata tumbuh 2 tanaman) dengan penutup kompos yang dicampur pupuk untuk memacu pertumbuhan awal.  Tetapi sebelum ditanam benih kedelai perlu diperlakukan seed treatment

Adapun cara seed treatment untuk benih ada dua perlakuan yang utama sbb:
a.      Seed Treatment Rhizobium (baru ditanam kedelai), caranya adalah :
Pemakaian inokulum Rhizobium hanya dipakai jika tanah belum pernah ditanamai kedelai untuk penyediaan bakteri bintil akar dan pada tanah yang ber pH 5,5 – 7,5.  Tetapi  jika telah memaanfaatan aplikasi pupuk hayati mix culture seperti BioP2000Z, maka inokulum Rhizobium  bisa tidak digunakan lagi.  Apabila melakukan seed treatmen sebagai berikut:
-          Siapkan inokulan rhizobium (misal: Rhizogen, dll) 1 sache (30 gr); Benih kedelai 5 – 8 kg; gelas aqua bekas (200 ml) dan tempayan bambu; serta pengaduk kayu dicuci bersih.
-          Isi ½ gelas aqua dengan  air (100 ml) dan aduk/larutkan 1 sache pada benih di tempayan sambil di aduk-aduk dengan kayu (jangan pakai tangan) sampai rata dan kulit mulai mengembang (ingat! Jangan sampai kulit pecah atau robek), maka sebaiknya pencampuran dengan cara menggoyang/ ditampi dalam tempayam. 
-          Waktu pencampuran ± 3 – 5 menit dan setelah tercampur rata, kering anginkan ± 15 – 30 menit (kering angin di tempat teduh tanpa sinar langsung); paling lama campuran sebelum ditanam dibiarkan  selama 6-8 jam. 
-          Dilarang merendam benih sebelum ditanam, kerena mempercepat kerusakan saat ditanam.
b.      Seed Treatment dengan Pestisida, Caranya adalah :
Saat akan ditanam benih hasil dari seed treament 1  dapat dicampur dengan pestisida (Marsall  atau Regent atau Furadan). Prosesnya sama dengan di atas, Larutkan pestisida Mashall  atau Regent ±10 ml dalam 50 - 100 ml air yang disiapkan, kemudian campurkan rata pada 5 – 8 Kg benih hasil seed treatment I.  Saat Pencampuran II ini  jangan sampai benih rusak atau luka (jangan menggunakan tangan untuk mencampurnya). Segera setelah seed treatment II ini benih harus segera ditanam dan habis tertanam, tidak boleh menginap.
Benih yang kedaluwarsa (setelah dicek daya tumbuhnya jelek < 80%) sebaiknya jangan digunakan sebab pertumbuhannya tidak serentak dan sulit dipacu (lambat pertumbuhan) dan tidak tahan jamur tanah (kecambah membusuk).  Biasanya tumbuh setelah 6-7 hari dan banyak dijumpai perkecambahan yang abnormal.  Benih dari hasil panen 3 hari – 1 bulan setelah panen memiliki pertumbuhan terbaik dan mudah dipacu pertumbuhan normalnya.

5.    Pemupukan Mineral
Pemupukan kedelai yang ideal dilakukan  tiga kalipertama saat 12 – 15 HST untuk menjaga pertumbuhan awal vegetatif yang normal.  Jumlah dan  dosis  pemupukan berimbangnya adalah 30 % dari total kebutuhannya (N,P,K).  Kedua, saat akan tanaman berbunga atau setelah pendangiran/penyiangan pada rentang umur 21 – 34 HST sesuai jenis kedelai (mulai/akan berbunga) dengan dosis 50 % berimbang dari  total kebutuhan pupuk. Ketiga, adalah pada umur 40 – 45 HST pemupukan penyempurna yang diberikan merata atau pada tanaman yang kurang pertumbuhannya dengan dosis sisa yaitu 20 % berimbang dari kebutuhan total pupuk.  Bersamaan atau sesaat setelah pemupukan, tanah dan tanaman disemprot dengan Bio P2000 Z agar pupuk digunakan tanaman secara efektif.
Dosis total pemupukan disesuaikan dengan  kebutuhan jenis varietas tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah berdasarkan rekomendasi setempat atau uji laborat tanah.  Dosis umum untuk kedelai adalah Urea/ZA  50 – 75 Kg, SP-36/TSP 50 - 100 Kg dan KCl 25–75 Kg  pemberian pupuk tunggal tersebut  dapat digantikan menggunakan NPK organic Ferre Soil dengan dosis 200 kg/ha. Ferre soil juga bermanfaat menggantikan Pupuk kompos/kandang dapat diberikan pada lahan  yang kesuburannya rendah, seperti tanah pasir serta tanah yang berdrainase jelek. Jika menggunakan pupuk kandang jumlah pupuk kandang dapat diberikan minimal jika telah ditunjang dengan pemakaian BioP2000Z. 
Waktu  pemupukan terbaik adalah saat tanah agak basah (lembab)  setelah hujan dan waktu sore hari lebih baik dibanding  pagi hari.  Setelah pemupukan tanah tidak banjir/kehujanan selama 2 hari. Cara pemupukan  pupuk diletakkan di sebelah kiri atau kanan batang dengan jarak 5 – 8 cm.  Cara aplikasi pupuk terbaik adalah diletakkan dalam lubang tugal dan di tutup tanah dibanding cara lain seperti sebaran. Keterlambatan pemupukan dan pemupukan yang salah mengakibatkan  tanaman mengalami stress.
Pemupukan lain yang dapat digunakan lewat daun yaitu berupa POC (pupuk organik cair) seperti PHOSMIT.  Aplikasinya melalui daun  yang sekaligus berfungsi sebagai nutrisi saat aplikasi bersama Bio P2000Z. Pupuk ini dapat dipakai untuk penguat bunga dan buah yang diaplikasikan pada saat pertumbuhan  13 – 21 HST dan 35 – 60 HST.  Agar diwaspadai penggunaan pupuk cair an-organik (PPC) dan ZPT/hormonal yang dikhawatir-kan kontra/menghambat reaksi kerja BioP2000Z, maka penggunaan PHOSMIT harus simultan.

6.    Penyulaman
Penyulaman dimaksudkan agar jumlah populasi tanaman ideal dapat dipertahankan sehingga hasil optimalnya tercapai, mempercepat penutupan tanah sehingga dapat menekan  gulma yang tumbuh  pada pertanaman yang terbuka. Penyulaman dari biji langsung dilakukan  pada umur 5-7 HST yaitu setelah tanaman tampak tumbuh  semua supaya selisih waktu tanam tersebut tidak terjadi perbedaan menyolok yang mengganggu panen serentak. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan jenis  benih/bibit dari varietas yang sama. 
Cara penyulaman yang terbaik dilakukan dengan cara transplanting (pindah tanam) dari tanaman yang seumur dari tanaman yang dipersiapkan di pinggir bedengan untuk sulam.  Saat penyulaman adalah pada umur tanaman 8 – 12 Hst dan waktunya sore hari  dengan mencabut tanaman berikut tanahnya agar akar tidak terluka, kemudian setelah ditanam  segera disiram air.

7.   Penyiangan  dan Pendangiran
Dilakukan  untuk menekan populasi gulma sehingga tidak mengganggu tanaman.  Disamping itu, agar tanah menjadi gembur  sehingga membantu pertumbuhan tanaman dan akar tanaman. Pelaksanaan penyiangan I dilakukan pada saat periode kritis tanaman  biasanya dilakukan pada umur 2 - 3 minggu setelah tanam dan  sebelum berbunga atau 5 - 9 minggu HST.  Stelah penyiangan I, II segera pemupukan I, II dilakukan.  Keterlambatan penyiangan akan mengganggu pertumbuhan  tanaman dan kegiatan tahap selanjutnya.
Penyiangan yang dilakukan bersamaan waktu pemupukan  penting untuk membantu perataan dan penutupan pupuk sehingga lebih efisien. Penyiangan yang dilakukan sekaligus dengan pembubunan  baik untuk merangsang akar lateral  yang  lebih banyak dan tanaman lebih  kuat/tegar.  Segera setelah/bersamaan  penyiangan dilakukan penyemprotan Bio P 2000 Z,  penambahan nutrisi  pupuk daun untuk mempercepat Bio Fabrikasi serta  membantu penyerapan hara yang efektif.

8.   Pengairan/Pengaturan Air Irigasi
Pengaturan air di areal pertanaman sangat penting untuk menjaga  ketersediaan air yang cukup agar tumbuh-kembang  tanaman optimal dan mikroba unggul Bio P 2000 Z bekerja dan berkembang dengan normal, maka pengaturan drainase lahan (saluran drainase) diperlukan.  Waktu kritis tanaman, air  harus tersedia dan diperlukan pada saat: pertumbuhan awal, fase vegetatif cepat dan saat pembungaan serta pengisian polong sebagai periode kritis tanaman (12, 35, 45 dan 55 HST). Keterlambatan pengairan atau kekurangan air mengakibatkan tanaman strees.  Kekurangan air pada masa pertumbuhan mengakibatkan tanaman stagnasi/berhenti tumbuh (kecil/kerdil pendek), pada masa akan atau sedang berbunga menjadikan bunga rontok (gagal berbuah), dan pada masa pengisian polong mengakibatkan panen lebih cepat dan biji kecil-kecil (under size). Keterlambatan dan kesalahan irigasi pada tanaman  akan menurunkan produksi 18%  hingga 60 %. 
Faktor yang mempengaruhi dalam irigasi teknis adalah: tipe dan jenis tanah, slope/ kemiringan lahan, iklim/cuaca setempat, hujan lokal yang terjadi, dan adanya sumber air lain.  Ada beberapa teknik irigasi dan keunggulanya yang umum diketahui aantara lain: Irigasi dengan sistem irigasi alur (Furrow/Flood) memiliki efisiensi air dari  50 % - 90 % tergantung slope lahan,  cara sprinkle memiliki efisiensi  65% - 75%, cara mikro sprinkle  ( 75%-85%) dan cara penetesan (drip)  memiliki efisiensi  lebih dari 85 %.  Pemilihan cara irigasi ini  disesuaikan dengan pertimbangan biaya, tenaga kerja, ketersediaan dan kualitas sumber air, tipologi tanah dan topografi, kondisi lingkungan, peralatan yang tersedia dan rencana irigasi dengan aplikasi pupuk.  Penerapan sistem irigasi  luapan/leb yang umum di Indonesia mempersyaratkan lahan harus dilengkapi parit mikro (parit cacing), parit tertier, parit utama dan saluran pembuangan sebagai saluran dalam lahan, kemudian dilengkapi pompa yang memenuhi kebutuhan air  sampai parit-parit lahan bedengan. 
Pada daerah yang mengandalkan irigasi alam, faktor iklim/cuaca khususnya curah hujan (dari data meteorologi) sebagai faktor penentu irigasi (ketersediaan air tanaman) untuk dijadikan sumber acuan utama dalam menyusun waktu dan pola tanam komoditas di tiap daerah sentra produksi. Data primer empirik  spesifik lokasi khususnya yang berkaitan dengan faktor air sangat penting sebagai acuan rencana waktu/musimtanam.
Jumlah air Irigasi yang harus di masukkan  dalam lahan dengan cara irigasi alur (Furrow) maupun leb (genangan) dihitung sebagai berikut:
Air  yang diberikan (Qtu=m3/hari) = Ketebalan air di lahan (A=mtr x T) x Luas Lahan (A= ha) x 10.000 : interval pemberian (T = hari)
Debit pengaliran (Qs  = lt/dt/ha)          = (Qtu/86.400) x (1/(1- kehilangan air di petakan dan di saluran “L=  %”)).

L (faktor kehilangan air) termasuk kehilangan air evapotranspirasi per tanaman (kedelai : 2,5 – 3 / 4 - 5 mm/hari dan jagung 2,8 – 3,4 mm/hr) sebagai kehilangan rutin. Sedangkan Penentuan L1 rembesan pada  irigasi cara alur untuk membasahi bedengan  adalah dengan mengambil sampel tanah 1 meter persegi dan dibasahi air (kapasitas lapang) sampai kedalaman kedap (30 – 40 cm) jenuh air dan didiamkan selama 0,5 jam, diketahui jumlah air yang diserap dan diikat tanah diperlukan sebagai faktor kehilangan/rembesan. 
Prosentase kehilangan air di saluran (Lps)dapat dicari dengan formula:
Lps = ( debit awal Qa – debit akhir Qb)/debit awal Qa x 100%.
Pembuatan drainase menyesuaikan  kondisi lahan  (struktur tanah, kontur, dll.) dan penerapan mekanisasi dan teknologi yang  digunakan. Design Irigasi dan drainase mikro menyesuaikan kondisi tanah dan hamparan

9.    Pengendalian Hama dan Penyakit
Daerah  yang baru dibuka pada awalnya/umum rawan terhadap ledakan hama/ penyakit tanaman seperti tikus, belalang, dan ulat serta  babi hutan dan kera.   Hama utama di lahan baru adalah babi, tikus dan kera; dan yang perlu diwaspadai pada kedelai adalah Penggerek polong, lalat bibit, penggulung daun dan kepik.  Belalang kembara  umumnya menyerang setelah tanaman lain tidak ada seperti jagung, padi dan rumput-rumputan. Sedangkan penyakit tanaman yang sering dijumpai  adalah  jamur karat (saat kelembaban tinggi), meskipun jarang terjadi, namun perlu diwaspadai adanya serangan virus mosaik yang disebarkan aphis.  Serangan hama dapat menyebabkan kehilangan panen 30 % - 85%.
Fase kritis tanaman terhadap serangan hama yang utama adalah saat mulai tumbuh 6 – 15 Hst terutama oleh lalat bibit, belalang, burung atau jamur;  saat berbunga 30 – 45 Hst oleh ulat tentara, ulat jengkal, grayak  dan aphis (vector virus); saat pengisian polong 45–55 Hst dan lanjut oleh ulat penggerek polong (Etiella sp), grayak, tentara dan kepik polong.  Serangan hama pada fase ini jika tidak dikendalikan  dapat menurunkan produksi secara fatal sehingga langkah preventif  harus  selalu diambil sebagai pilihan yang tepat dan lebih baik. Meskipun tidak fatal, serangan ulat pada umur 19 – 30 hst adalah ulat penggulung daun dan lalat penggerek pucuk perlu dikendalikan.
Pengendalian hama harus dilakukan secara dini, hati-hati dan mendapatkan perhatian yang serius. Pengenalan gejala serangan sangat penting seperti mengenal musim populasi tertinggi hama misal bulan Agustus–September, hujan disertai angin saat panas/siang hari atau musim kering tidak ada hujan sama sekali untuk serangan hama pada umumnya; bulan Oktober, Nopember dan Maret untuk lalat bibit; 
Langkah pengendalian secara preventif adalah pilihan yang paling tepat seperti sanitasi lahan, pemusnahan tanaman inang hama dan vektor penyakit, dan pemasangan perangkap seperti sex pheramon, perangkap tikus; seed and soil treatment, dan pengaturan kultur teknis penetrasi sinar untuk mencegah berkembangnya hama (aphis) dan hama lain yang berkembang pada darah kelembaba tinggi dan gelap/teduh. 
Pengendalian dengan pestisida sebagai pilihan jika ambang ekonomi dan populasi mulai mengganggu melalui hasil monitoring lapangan yang intensif, harus dilakukan secara tepat dan hati-hati.  Pengendalian secara kimia ini dilakukan dengan prinsip pengendalian hama/penyakit  terpadu secara integral dan terkoordinasi  yang dilakukan dengan gerakan serentak pada wilayah/daerah serangan. 
Penggunaan pestisida kimia harus memenuhi kriteria lima tepat: tepat sasaran hama, tepat waktu dan fase kritis hama, tepat dosis, tepat aplikasi dan tepat harga. Untuk itu pengendalian dengan racun kimia harus sesui jenis racun hama dan berganti-ganti agar tidak terjadi resistensi. Pemilihan pestisida pada pengendalian kimiawi ini harus memperhatikan keseimbangan ekologi dan  keamanan mahluk lain serta kelestarian alam.  Keberhasilan dalam penerapan pengendalian hama terpadu dari monitoring sistem pengendalian hama dan ketrampilan/kepekaan petugas/petani dalam mewaspadai tanda-tanda alamiah dan gejala yang ditimbulkan dari adanya serangan di lapangan.  Sistem monitoring, identifikasi dan pengendalian hama dan penyakit terlampir dalam lampiran 2.

10.   Panen dan Pembijian.
Panen dilakukan jika  tanaman  telah menunjukkan  siap panen (atau 90 % polong  telah masak) di lapang.  Pada tanaman kedelai tinggi > 90 cm sebelum panen tanaman ditegakkan dan sekaligus mengkoyak daun yang tua agar gugur ke bawah untuk mempercepat pengeringan.   Alat panen dipilih dengan menggunakan sabit bergerigi atau tajam agar tidak terjadi kehilangan yang berarti akibat rontok terkoyak. Jika panen menggunakan mesin potong, tanaman harus tegak dan kering seragam.  Waktu panen dipilih saat cuaca  terang, tidak hujan,  baik pagi atau sore hari agar terjaga kualitasnya dan tidak cepat rusak dalam penanganan pasca selanjutnya.  Setelah pemotongan segera brangkasan di jemur kering (brangkasan terbalik) dan dibijikan segera. 
Pembijian dapat dilakukan dengan cara manual (dipukul) dengan syarat bahwa alas pembijian tidak keras dan brangkas terjemut dengan kering.  Penggunaan mesin perontok polong  perlu memperhatikan kekeringan polong dan pengaturan kecepatan putaran mesin.  Jangan menimbun hasil brangkasan terlalu lama atau lembab sebab biji dalam polong yang kering dapat berkecambah dan menurunkan kualitas biji.  Keterlambatan panen biji  pecah di lahan dan jika terkena hujan  biji busuk atau penampilan rusak sehingga kualitas turun.  Akibat  panen yang salah dapat terjadi kehilangan hasil sebesar 2 %  sampai 10 %.
Untuk keperluan produksi benih, biji yang kering  harus segera diseleksi/disortasi agar memenuhi kriteria  benih yaitu: normal tidak keriput, sehat/tidak cacat serta tidak membawa penyakit atau berasal dari tanaman sehat. Biji yang telah bersih dan disortasi, kemudian dikeringkan sehingga mencapai kadar air 10 % – 11%. Sortasiadalah untuk memperoleh benih yang sehat dan berkualitas dengan ciri fisis: sebagai berikut: bentuk dan fisik normal (tidak luka/terserang pengisap polong dan tidak hijau serta ukuran relatif seragam); benih berwarna cerah (bening) mengkilap, calon radix (akar) tampak menonjol bening dan tidak luka, hillum tampak tajam kuat dan bersih (tidak terinfeksi jamur bila dilihat dg kaca pembesar), aroma benih tidak berbau tengik atau apeg (jawa), tidak berdebu bila dituang dari kantong, bila di gigit langsung pecah (Kadar air = 9,5 – 11 %) dan bila diberi air dingin kulit cepat mengembang diikuti dagingnya.  Benih yang baik akan tumbuh 4 – 6 hari setelah ditanam.
Setelah benih disortasi segera di keringkan dengan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 60 oC. Jika dikeringkan dengan Sinar matahari, waktu pengeringan yang tepat adalah pada jam 08.00 – 11.00 dan/atau 14.00 – 16.00 dan sering dibalik yang dimaksudkan suhu saat penjemuran tidak terlalu tinggi yang dapat mematikan titik tumbuh.  Setelah dingin dari pengeringan segera dikemas dalam karung berlapis inner plastik kedap udara agar  tidak menyerap air kembali dari kelembaban udara di luar.  Benih/biji kedelai selanjutnya di beri label dan selalu di periksa daya tumbuhnya dan setiap bulannya 2 – 3 kali pengecekan.  Benih harus disimpan dalam gudang yang kering dan beralaskan pallet dipisahkan space untuk sirkulasi udara dengan tumpukan tidak lebih dari 5 karung dan suhu ruang penyimpanan benih  terkendali 18 oC serta gudang bebas dari hama gudang seperti kumbang biji, tikus, rayap dll.

D.  PENYEDIAAN  BENIH  KEDELAI  SISTIM “JABAL”
Menurut Deptan (1996), Definisi JABAL (jalinan Arus Benih  Antar Lapang) adalah suatu sistim pengadaan dan penyaluran benih yang berlangsung secara tradisional dan merupakan suatu proses mengalirnya benih  antar daerah antar musim atau jalinan dinamis berdasarkan asas  saling keterkaitan dan ketergantungan  sehingga merupakan suatu sistim  yang dapat memenuhi kebutuhan akan benih unggul bermutu di suatu daerah.   Sistim ini berjalan karena adanya perbedaan  jadual tanam, ekologi lahan, maupun adanya perbedaan usaha tani di lapangan.  Sistim ini berjalan karena benih kedelai yang cepat turun daya tumbuhnya pada perlakuan normal penyimpanannya pada petani.  Kebiasaan di lapangan bahwa petani kedelai ingin segera menjual hasil panennya saat panen dan pihak penanam menghendaki benih yang baru untuk segera di tanam. 
Dengan demikian mekanisme ini lebih banyak didominasi oleh para pengumpul atau jika ada kesepakatan-kesepakatan tertentu akan terjalin transaksi benih antar kelompok tani antar daerah yang telah saling kenal.  Pada kondisi seperti ini maka umumnya benih yang digunakan oleh petani transmigran bukan benih yang berlabel dan merupakan varietas unggul local/nasional. Sehubungan dengan sifat-sifat benih kedelai yang cepat mengalami penurunan kualitas maka sistim distribusi benih JABAL sangat membantu pengembangan  kedelai di daerah transmigrasi.  Di daerah transmigrasi sistim ini penting karena jangkauan lokasi yang akan memakan biaya lebih mahal jika oengadaan benih kedelai dari antar pulau atau daerah yang berjauhan. 
Untuk menjamin mutu benih yang baik di tingkat lapangan melalui sistim JABAL  maka mekanisme pembinaan  dan pengaturan  stake holder terkait  antara petani penangkar benih, kelompok tani,  pedagang/penyalur dan instansi  pemerintah terkait seperti BPSB harus dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik.  Dinas pertanian harus mengadakan pembinaan, pelatihan dan monitoring petani penangkar dan kelompok taninya.  BPSB bertugas membina dan mengawasi mutu benih yang dihasilkan dari petani penangkar.   Penyalur seperti Pedagang benih/BUMN  harus mampu menguasai hasil panen  petani penangkar dan memproses menjadi benih serta menyalurkannya ke daerah lain sebagai sumber JABAL selannjutnya.  Petani penangkar mendapatkan, sumber modal bimbingan, pelatihan dan teknologi budidaya serta kepastian pengambilan hasilnya. Jika semua menjalankan fungsi dan perannya maka system ini akan mampu menjamin ketersediaan benih yang tepat waktu, mutu dan jumlah kebutuhan di lapangan.
Menurut Deptan (1996), sistim JABAL digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 
(a) JABAL antar tipe ekologi lahan, yaitu lahan sawah, lahan tegalan, lahan pasang surut dan lain-lain; 
(b) JABAL antar usaha tani, yaitu penanaman kedelai dari musim ke musim dimana selalu terdapat 
kedelai dalam pola tanamnya; 
(c) Jabal antar Desa, Kecamatan, kabupaten dan Propinsi.  Pembagian JAABAL tersebut yang mendasari adalah karena perbedaan waktu musim tanam di suatu daerah dimana musim panen di suatu daerah merupakan musim tanam di daerah lain. Perbedaan agroklimat di suatu daerah, dan benih kedelai baru hasil panenan lebih baik  dibandingkan benih yang sudah lama untuik menghindari penyimpanan yang lebih lama.

BIOP2000Z (MIKROBA GOOGLE) Awas Tiruan !!!
Dengan tegas bahwa nama Ultragen, maupun mikroba bhineka tunggal ikka itu Bahasa iklan dan produk yang menyesatkan dan karena pastilah itu bukan BIOP2000Z ataupun produk Turunan Mikroba Google dengan Hak Paten BIOP2000Z. Brosur dan Label produk BIOP2000Z asli "Tidak ada kata Ultra hayati".
atau Selain Foto ini :

Jangan tertipu dengan produk BIOP2000Z PALSU !!! !!!
Tulisan BIOP2000Z ketebalan lebih kecil dan gambar tanaman lebih jelas, angka 5 dan 6 warna lebih cerah, dari stiker lama yang pernah dipalsukan oleh distributor.
Untuk menghindari Pemalsuan yang pernah kami alami oleh Distributor, kami melakukan penjualan langsung kepada Mitra binaan yang terus kami monitoring perkembangan dalam pertanian, perkebunan, Peternakan dan Perikanan di seluruh Indonesia. Stok Terbatas!!!

konsultasi dan order pabrik langsung, Harga khusus dari pabrik tuk agen / distributor. hub. Bimanuar email : konsultanpks99@gmail.com
( sms only ) 085378877277 / 02123650877 Artikel BioP2000Z klik : https://www.facebook.com/biop2000z

Tidak ada komentar: